Pembacaan Sosiologi Sastra Marxis terhadap Tetralogi Bumi Manusia oleh Pamela Allen

Posted by Mustopa Almurtaqi Makarima 0 komentar
Bismillahirrohmanirrohim

            Contoh kajian sosiologi sastra marxis pernah dilakukan oleh Pamela Allen dalam bukunya Membaca dan Membaca Lagi, Reinterpretasi Fiksi Indonesia 1980-1995 (2004), khususnya bagian kedua: Kisah-kisah Nasion (I)-Realisme Sosialis (h. 23-62). Setelah mengawali uraiannya dari kedudukan Pramudya Ananta Toer dalam peta sejarah sastra dan politik di Indonesia, Allen mencoba menguraikan interpretasinya mengenai tetralogi Bumi Manusia yang dibaca sebagai manifesto dari posisi filosofis, keterlibatan politik, dan visi Pramudya untuk masa depan. Menurut Allen, benih dari novel itu bisa ditemukan dalam suatu esai yang ditulis Pramudya sekitar duapuluh tahun sebelum Bumi Manusia terbit. Judul esai tersebut adalah “Dengan Datangnya Lenin Bumi Manusia Lebih Kaya”. Dalam esai tersebut, dengan menyinggung kekaguman Bertrand Russell terhadap Lenin dan Einstein, Pramudya menulis, “abad kita sekarang, adalah abad Rakyat dan Ilmu Pengetahuan”.
         Melalui pembacaan yang menggunakan perspektif marxisme, Allen (2004:44) mengemukakan bahwa peran pengarang  dan kekuatan kata dalam melawan penindasan dan kezaliman merupakan tema yang meresap dari tetralogi tersebut. Menurut Allen, setelah dipenjara pada 1965 Pramudya memutuskan suatu sikap untuk menggunakan kata-kata daripada senjata untuk membela dirinya sendiri. 
Dalam novel Jejak Langkah, Allen (2004:47) melihat bahwa tokoh Minke mulai mencari pendekatan efektif untuk mengembalikan agenci (perwakilan) kepada rakyat, dengan menggunakan tiga strategi utama, yaitu: organisasi massa, boikot, dan penghapusan praktik budaya Jawa yang feodal. Tokoh Hendrik Frischboten menggambarkan boikot sebagai perwujudan kekuatan dari golongan lemah. Kekuatan besar dari boikot itu ditunjukkan ketika semua pedagang Tionghoa, mula-mula di surabaya dan kemudian di kota-kota lain menolak mengambil barang dagangan dari perusahaan dagang besar Eropa, yang lalu menyebabkan banyak yang gulung tikar. Minke jadi gembira oleh kekacauan besar yang diakibatkab oleh boikot total terhadap pemerintah kolonial oleh Hindia Belanda yang bersatu, dan oleh kekuatan yang dapat diberikan kepada rakyat oleh boikot semacam itu. Ia diilhami oleh keberhasilan gerakan petani Samin yang membangkang membayar pajak.
Allen (2004:47-48) melihat organisasi yang diikuti Minke sebagai cara mendidik yang efektif, dan dengan itu akan mengembalikan agensi kepada rakyat. Namun, organisasi dan boikot itu sendiri tidak akan memberi kekuatan kepada rakyat, tanpa ada aturan dasarnya. Setelah menetapkan aturan dasar untuk boikot dan organisasi, peran Minke terutama menghancurkan halangan yang telah merekatkan bangsanya dalam feodalisme, yaitu halangan seperti bahasa Jawa dan sistem pangkat, ketergantungan rakyat pada Mahabharata sebagai pedoman hidup, dan takhayul yang tidak relevan.
Berdasarkan sebagian kutipan tersebut, tampak bagaimana Pamela Allen mencoba memaknai tetralogi Bumi Manusia dengan menggunakan perspektif marxisme. 
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pembacaan Sosiologi Sastra Marxis terhadap Tetralogi Bumi Manusia oleh Pamela Allen
Ditulis oleh Mustopa Almurtaqi Makarima
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://akumenuliskarenaalloh.blogspot.com/2013/04/pembacaan-sosiologi-sastra-marxis.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Aku Menulis Karena Alloh.