Pertanyaan dan Jawawan tentang Ilmu sastra Bagian 2
0
komentar
1.
Jelaskan
Pengertian Ilmu Sastra
Ada bermacam-macam definisi tentang kesusastraan. Namun demikian,
diskusi tentang hakikat sastra sampai sekarang masih hangat. Hal itu karena
banyak definisi yang tidak memuaskan. Definisi-definisi yang pernah ada kurang
memuaskan karena :
a.
Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu,
sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia dan
penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan. Dengan demikian,
sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut
dihasilkan dari metode ilmiah.
b.
Orang ingin mendefinisikan terlalu
banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra selalu melekat dengan situasi
dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya
sastra tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup
seluruhnya, sehingga mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi
ternyata kurang tepat untuk yang lain.
c.
Orang ingin mencari definisi
ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra). Karya sastra pada
dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia. Kreativitas merupakan sesuatu
yang sangat unik dan individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika
orang mau mengungkap hakikat sastra.
d.
Orientasinya terlalu kebarat-baratan.
Ketika orang mencoba mendefinisikan kesusastraan, orang cenderung mengambil
referensi dari karya-karya barat. Padahal belum tentu telaah yang dilakukan
untuk karya sastra Barat sesuai untuk diterapkan pada karya sastra Indonesia .
e.
Biasanya terjadi percampuran antara
mendefinisikan sastra dan menilai bermutu tidaknya suatu karya sastra. Definisi
mensyaratkan sesuatu rumusan yang universal, berlaku umum, sementara penilaian
hanya berlaku untuk karya-karya tertentu yang diketahui oleh pembuat definisi.
Beberapa
definisi yang pernah diungkapkan orang :
a.
Sastra adalah seni berbahasa.
b.
Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
c.
Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan,
pemikiran) dalam bahasa.
d.
Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah
bentuk keindahan.
e.
Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang
mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan
bentuk yang mempesona.
f.
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,
pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakainan dalam suatu bentuk gambaran
kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
g.
Sesuatu disebut teks sastra jika (1) teks tersebut tidak melulu
disusun untuk tujuan komunikatif praktis atau sementara waktu, (2) teks
tersebut mengandung unsur fiksionalitas, (3) teks tersebut menyebabkan pembaca
mengambil jarak, (4) bahannya diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai
keterbukaan penafsiran.
Sampai saat ini
ada keyakinan bahwa ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya
tulis lainnya, yaitu
a.
sifat khayali
b.
adanya nilai-nilai seni/estetika
c.
penggunaan bahasa yang khas [1]
2.
Jelaskan
objek kajian ilmu sastra
Objek kajian ilmu sastra bergantung pada esensi dari ilmu sastra
itu sendiri. Jika esensinya adalah bahasa maka objek kajiannya adalah bahasa.
Jika esensinya adalah seni, maka objek kajiannya adalah ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan kesenian. Jika esensinya sebagai komunikasi, maka objek
kajiannya adalah ilmu komunikasi. Jika esensinya sebagai simbol, maka objek
kajiannya adalah ilmu-ilmu kebudayaan populer.[2]
3.
Jelaskan
sastra sebuah batasan : etimologi dan terminologi. Penjelasan minimum dari lima
orang ahli sastra
Dalam Kamus Sinonim Bahasa Indonesia yang disusun oleh Kridalaksana
(1977:154), sastra bersinonim dengan bahasa indah, pustaka, buku, persuratan.
Kesusastraan bersinonim dengan literatur, kepustakaan, seni kata.
Dijelaskan juga dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (1996:882), bahwa sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan
dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian,
keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.
Eagleton (1988:1-2) mengatakan kesusastraan adalah karya tulisan
yang bersifat imajinatif. Kesusastraan mengubah dan memadatkan bahasa harian.
Luxemburg, dkk. (1984:5) mengatakan kesusastraan merupakan sebuah ciptaan,
sebuah kreasi. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah
sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu
dalam suatu lingkungan kebudayaan.
Sedangkan dalam Kamus Sastra yang disusun oleh Sudjiman (1986),
sastra merupakan sebuah karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapan.
Menurut Ahmad (1952:6) kesusastraan ialah himpunan segala sastra
atau karangan yang indah, karangan yang baik. Sedangkan menurut Nasution, dkk.
(1973:11) kesusastraan ialah segala karangan yang baik bentuk dan isinya.
Istilah sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
sansekerta; akar kata sas biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka
dari itu sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran. Awalan su berarti baik, indah, sehingga susastra
dapat dibandingkan dengan belles-lettres (Teeuw. 1988:23).[3]
Kemudian
Rene Wellek dan Austin Warren (1989:3) menjelaskan bahwa sastra adalah suatu
kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sumardjo dan Saini (1988:3) mendefinisikan
sastra sebagai ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,
perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran konkrit
yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.
Tapi, ada beberapa alasan mengapa batasan tentang sastra sulit
dibuat, yaitu:
1.
Sastra bukan
ilmu, sastra adalah seni. Dalam seni banyak unsur kemanusian yang masuk di
dalamnya, khususny perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan.
2.
Sebuah batasan
selalu berusaha mengungkapkan hakikat sebuah sasaran. Dan hakikat itu sebuah
sasaran.
3.
Sebuah batasan sastra
sulit menjangkau hakikat dari semua jenis bentuk sastra.
4.
Sebuah batasan
tentang sastra biasanya tidak hanya berhenti pada pendeskripsian saja, tetapi
juga sebuah usaha penilaian.[4]
4.
Mengapa
pengertian sastra sebagai seni susah di devinisikan?
-
Karena sastra
bukan ilmu
-
Sastra terbatas
oleh ruang dan waktu
-
Devinisinya
tidak menjangkau hakikat
-
Tidak terbatas
pada deskripsi saja, / pemberian, tetapi di dalamnya mengandung unsure
penilaian[5]
Karya sastra dengan karya tulis lainnya dapat dibedakan dengan
adanya unsur khayali, unsur seni, serta penggunaan bahasanya yang khas.[6]
Unsur-unsur seni yang ada didalam sebuah karya sastra bukan hanya
merupakan sebuah syarat, melainkan menjadi pembeda dengan yang bukan sastra,
dan dengan bantuan unsur-unsur itu seorang sastrawan dapat mengungkapkan isi
hatinya sejelas-jelasnya dan sedalam-dalamnya (Jakob Sumardjo dan Saini K.M.,
1988:13)
5.
Genre
/ jenis sastra non imajinatif, jelaskan…!!
Menurut
Jakob Sumardjo dan Saini K.M. dalam buku Apresiasi Kesustraan menyebutkan,
Sastra non imajinatif adalah karya sastra yang lebih banyak unsur faktualnya,
menggunakan bahasa yang denotatif, serta memenuhi syarat estetika seni.
Kemudian sastra non imajinatif itu terbagi kedalam delapan jenis(19: 1988),
yaitu:
1.
Esei
Adalah karangan
pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
Dalam esei, baik fikiran meupun perasaan dan kesulurujan pribadi penulsnya
tergambar dengan jelas, sebab esei memang merupakan ungkapan pribadi penulisnya
terhadap suatu fakta.
Esai dapat
digolongkan menjadi dua, yakni esei formal dan esi non formal atau esei
personal. Jenis esei personal inilah yang biasanya disebut karya sastra.
2.
Kritik
Adalah analisis untuk menilai suatu karya seni, dalam hal ini karya sastra.
Jadi, karya kritik sebenarnya termasuk esei argumentasi dengan faktanya sebuah
karya sastra, sebab kritik berakhir dengan sebuah kesimpulan analisis.
Tujuan kritik bukan hanya menunjukan keunggulan, kelemahan, benar, dan
salahnya sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu, tetapi dengan
tujuan akhirnya adalah mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra
setinggi mungkin dan uga mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra
lebih baik.
Ada dua jenis kritik sastra, yaitu kritik sastra intrinsik dan kritik
sastra ekstrinsik. Kritik sastra intrinsik menganalisis sebuah karya
berdasarkan bentuk dan gayanya. Sedangkan kritik sastra intrinsik mengupas
unsur-unsur karya, menilai dan menyimpulkan kelemahan dan kelebihannya yang ada
dalam karya itu sendiri.
3.
Biografi
Biografi disebut juga riwayat hidup, adalah cerita tentang hidup seseorang
yang ditulis oleh orang lain (sastrawan). Penulis biografi bertugas
menghadirkan kembali jalan hidup seseorang berdasarkan sumber-sumber atau
fakta-fakta yang dapat dikumpulkan.
Jenis biografi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu biografi
ilmiah, biografi berat sebelah, biografi populer, dan novel biografi.
Biografi ilmiah adalah biografi yang dipenuhi dengan data-data teknis yang
menjadi keahlian khusus tokoh tersebut.
Biografi berat sebelah adalah biografi yang banyak menghilangkan atau
menyembunyikan segi-segi buruk dari tokoh yang dibicarakan demi tujuan
tertentu.
Biografi populer adalah biografi yang benyak menekankan penggambaran
riwayat hidup seseorang secara jelas, objektif, hidup, dan penuh warna, tidak
memuja, atau meremehkan perbuatan seseorang tokoh.
Novel biografi adalah novel yang lebih mementingkan unsur khayalinya
daripada fakta, dan lebih menonjolkan makna dari riwayat hidup seseorang.
4.
Otobiografi
Adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang- kadang
ditulis oleh orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya. Kelebihan
otobiografi adalah dapat terungkapnya peristiwa- peristiwa kecil, perasaan,
pendapat tokoh yang tidak diketahui orang lain karena tidak ada bukti yang
dapat diungkap. Tetapi, biografi juga memiliki kekurangan, yaitu tokoh atau
penulis sering menyembunyikan hal- hal yang dapat memberikan citra buruk bagi
dirinya.
5.
Sejarah
Adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber-
sumber tertulis maupun tidak tertulis.
Meskipun karya sejarah berdasarkan dari fakta yang diperoleh dari beberapa
sumber, namu karya itu tidak lepas dari unsur khayali pengarangnya.
6.
Memoar
Pada dasarnya memoar adalah sebuah otobiografi, yaitu riwayat yang ditulis
oleh tokohnya sendiri. Bedanya memoar membatasi diri pada sepenggal pengalaman
tokohnya.
7.
Catatan harian
Catatan harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan
hidupnya yang ditulis secara teratur.
Catatan harian dinilao berkadar sastra karena ditulis secara jujur, sponta,
sehingga menghasilkan ungkapan- ungkapan pribadi yang jernih dan asli, yakni
salah satu kualitas yang dihargai dalam sastra.
8.
Surat- surat
Surat tokoh tertentu untuk orang- orang lain dapat dinilai sebagai karya
sastra karena kualitas yang sama seperti yang terdapat dalam catatan harian.
Namun, jenis sastra non- imajinatif ini belum berkembang dengan baik di
indonesia, dikarenakan yang disebut sastra di indonesia hanya menyangkut karya-
karya imajinasi saja.
6.
Perbedaan
sastra imajinatif dan non imajinatif, jelaskan !
Diantara perbedaan antara sastra imajinatif dan non imajinatif adalah:
a.
Sastra
imajinatif daya khyalinya lebih kuat dari sastra non imajinatif, sedangkan
sastra non imajinatif cenderung mengemukakan fakta.
b.
Sastra
imajinatif sering menggunakan bahasa konotatif, sedangkan sastra non imajinatif
sering menggunakan bahasa denotatif.[7]
7.
Prosa
/ fiksi. Jelaskan !
Karya sastra yang berbentuk prosa antara lain roman, novel, dan cerita
pendek. Ada yang berpendapat bahwa ketiga bentuk tersebut dibedakan menurut
panjang pendeknya cerita (Saad, 1967), namun sesungguhnya tidaklah sesederhana
itu karena persyaratan yang jelas tentang hal ini belum ada. Contohnya cerpen-cerpen yang terkumpul
dalam buku “Orang-Orang Bloomington” karya Budi Darma, satu cerpen saja bisa
mencapai puluhan hamanan, sehingga memicu munculnya pertanyaan, “Benarkah karya
sepanjang ini termasuk cerpen?”
Agaknya
memang bukan jumlah kata atau halaman yang menjadi patokan, tetapi
banyak/sedikitnya episode yang dijalin oleh pengarang untuk membangun alur
cerita. Pada bentuk roman, tertuang episode kehidupan tokoh utama sejak kecil
hingga meninggal dunia. Kriteria lain yang menandai bentuk roman adalah isi
cerita yang cenderung melankolik, penyelesaian cerita yang seringkali nampak
dipaksakan, cara penceritaan yang romantis, dan penggunaan gaya bahasa yang
berlebih-lebihan. Dalam khazanah sastra Indonesia antara lain kita mengenal
roman “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar dan “Siti Nurbaya” karya Marah
Rusli.
Bentuk
novel kadang-kadang dianggap sama saja dengan bentuk roman, walaupun sebenarnya
berbeda. Episode yang diceritakan dalam novel tidak sepanjang yang terdapat
pada roman. Novel hanya menceritakan episode yang dianggap penting saja dari
kehidupan tokoh utama, misalnya masa remaja hingga berumah tangga, masa
kanak-kanak hingga menikah, masa berumah tangga, dan lain-lain. Isi, cara
penceritaan, dan bahasa dalam novel juga lebih beragam. Ada novel-novel yang
romantis (misalnya karya N.H. Dini, Marga T., Mira W., ataupun Pramoedya Ananta
Toer), tetapi banyak pula yang bersifat lebih dinamis dan tidak
bertendensi mengharu-biru perasaan
pembaca (misalnya karya Ayu Utami, Putu Wijaya, serial “Lupus”, dan
lain-lain).
Ditinjau
dari banyaknya gagasan yang ingin disampaikan, cerpen merupakan bentuk yang
paling ringkas karena hanya terdiri dari satu gagasan utama saja. Kalaupun menceritakan beberapa tahap
kehidupan yang dialami sang tokoh, maka hal itu biasanya dikemukakan secara
singkat sebagai latar belakang terjadinya konflik cerita[8]
.
Pengertian
cerpen, roman dan novel, jelaskan !
a.
Cerpen
Cerita pendek
adalah cerita berbentuk prosa yang relatif
pendek. Pengertian pendek sungguh tidak jelas ukurannya (Jakob Sumardjo
dan Saini K.M., 1988:30). Ada yang mengartikan pendek dapat dibaca selagi duduk
dengan waktu yang kurang dari satu jam. Ada yang dari jumlah kata yang terdapat
didalamnya (Notosusanto, dalam Tarigan, 1984:1974 dan Jassin 1991:69), menulis
yang lebih tepat dalam mengartikan pendek adalah berdasarkan adanya unsur-unsur
instrinsik tertentu yang tidak kompleks. Dengan kata lain cerpen memiliki
karakter, plot, dan latar yang terbatas.[9]
b.
Tidak semua
cerita yang pendek bisa kita klasifikasikan cerpen. Banyak orang mengira apa
yang dibacanya dalam bentuk cerita yang pendek adalah cerpen, padahal
sebenarnya merupakan kisah atau sketsa (lukisan). Cerita yang termasuk kisah
misalnya “kesan dan kenangan” karya Achdiat K. Miharja. Dan cerita yang
tergolong sketsa misalnya “corat-coret di Bawah Tanah”. Kisah maksudnya
cerita tentang perjalanan seseorang kesuatu tempat yang diceritakan dengan
menarik dan bahasa yang indah. Sketsa maksudnya cerita tentang situasi
tertentu yang dihadapi oleh orang-orang dalam saat tertentu pula. Atau
menceritakan sebagian kehidupan orang secara padat. (Brahim dkk, 1985 :
87-89).
c.
Putu arya
Tirtawirya dalam bukunya (1980) menyatakan bahwa sebuah cerpen atau short
story, pada dasarnya menuntut, jelasnya perwatakan pada tokoh cerita. Sang
tokoh menjadi sentral ide cerita. Mery Sedgwick mengatakan bahwa “cerita pendek
adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang
memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh
dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu (Noto Susanto 1957 : 29).
d.
Roman
Roman, adalah sebuah cerita yang menceritakan
tentang sebagian besar kisah hidup seseorang dan bentuk yang terbaik adalah
yang menceritakan kisah hidup seseorang dari ia kecil sampai meninggal[10].
Berdasarkan kategori ini sebenarnya banyak juga
novel yang dapat masuk dalam klasifikasi roman, akan tetapi orang kebanyakan
seolah-olah terpaku bahwa roman adalah kisah yang ditulis oleh Anggatan Pujangga
Baru dan angkatan-angkatan sebelumnya.
e.
Novel
Novel
ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih, yang
mengarang kehidupan manusia, yang bersifat imajinatif, menceritakan kehidupan
manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi
para pelakunya.
Dalam
bahasa Jerman disebut Novelle. Sedangkan dalam bahasa perancis disebut
Nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang sama yaitu prosa
yang agak panjang dan sederhana karena hanya menceritakan maksud kejadian yang
memunculkan suatu konflik yang mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya.
Beberapa pendapat mengenai novel dikemukakan oleh para ahli sastra. Namun
sampai saat ini belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Novel
dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu
cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting
cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat,
dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang
dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.
Novel memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Menceritakan
sebagian kehidupan yang luar biasa
2.
Terjadinya
konflik hingga menimbulkan perubahan nasib
3.
Terdapat
beberapa alur atau jalan cerita
4.
Terdapat
beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita
5.
Perwatakan atau
penokohan dilukiskan secara mendalam[11].
9.
Sebutkan
unsure-unsur intrinsic novel !
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik
adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks
karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah
mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat
ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya
sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan
duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia
nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami
berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa
unsur intrinsik terdiri dari
a.
Tokoh dan penokohan/perwatakan tokoh
b.
Tema dan amanat
c.
Latar
d.
Alur
e.
Sudut pandang/gaya penceritaaan.[12]
10. Apa pengertian jenis, klasifikasi tema ! jelaskan tema menurut
Shipley !
Jakob
Sumardjo dan Saini K.M. (1988:56), mendefinisikan tema sebagai ide sebuah
cerita.
Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurdiyantoro, 2010:67), tema
adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.
Menurut Shipley (dalam Nurgiyantoro, 2010:80), tema
diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Tema tingkat
fisik. Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran atau
ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan.
2.
Tema tingkat
organik. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut atau
mempersoalkan suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup.
3.
Tema tingkat
sosial. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya
manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak
permasalahan, konflik, dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema.
4.
Tema tingkat
egoik. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai
banyak permasalahan dan konflik. Masalah individualitas itu antara lain berupa
masalah egoisitas, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap tertentu manusia
lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan.
5.
Tema tingkat divine.
Masalah yang menonjol dalam tema ini adalah masalah hubungan manusia dengan
Sang Pencipta, masalah religiusitas, atau berbagai masalah yang bersifat
filosofis seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan.[13]
Ada beberapa macam tema, yaitu:
a.
Ada tema didaktis, yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan
kejahatan
b.
Ada tema yang dinyatakan secara eksplisit
c.
Ada tema yang dinyatakan secara simbolik
11. Apa yang dimaksud dengan amanat / pesan moral ?
Amanat sering pula disebut pesan moral atau himbauan-himbauan yang
terdapat dalam cerita. Pada masa lampau, pesan moral seringkali disampaikan oleh pengarang secara eksplisit,
verbal dan langsung; tetapi di zaman modern ini agaknya cara seperti itu sudah
jarang terjadi. Penulis-penulis sekarang lebih sering menyiratkan pesan secara implisit
melalui perilaku tokoh, terutama menjelang cerita berakhir. Teknik demikian
kecuali menghilangkan kesan ‘menggurui’, juga memberi keleluasaan pada pembaca
untuk mencari dan menemukan sendiri pesan moral suatu cerita.
Yang
harus diingat, amanat mempunyai kaitan yang sangat erat dengan topik, bahkan
seperti mata uang yang memiliki dua sisi. Hal yang membedakan hanyalah pada
cara merumuskan. Perumusan topik berupa kalimat pernyataan, sedangkan perumusan
amanat berupa kalimat perintah, saran-saran, dan himbauan-himbauan, seperti :
v Sebagai warga negara suatu bangsa,
hendaknya kita ikut serta menciptakan
perdamaian. Sedapat mungkin hindari peperangan karena peperangan
dapat
mengikis rasa peri kemanusiaan.
v
Jangan menjadi manusia yang sombong. Ingatlah,
kesombongan merupakan
awal kehancuran.
12. Apa pengertian penokohan dalam cerita, jelaskan pula pembagiannya !
Yang dimaksud penokohan adalah
penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian
watak tokoh, yaitu
a.
Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh
dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b.
Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh
melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang.
Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau
tempat tokoh.
c.
Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai
pengarang.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini
KM., ada lima
cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a.
Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana
ia bersikap dalam situasi kritis.
b.
Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah
tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau
halus.
c.
Melalui penggambaran fisik tokoh.
d.
Melalui pikiran-pikirannya
e.
Melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua
unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung [16].
13. Apa pengertian alur / plot!, apa perbedaannya ?
Alur adalah
urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat
tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a.
Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa
berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
b.
Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan
hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
c.
Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur
tematik.[17]
Struktur Alur
Setiap karya
sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada
beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut
merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a.
Bagian awal
1.
paparan (exposition)
2.
rangsangan (inciting moment)
3.
gawatan (rising action)
b.
Bagian tengah
4.
tikaian (conflict)
5.
rumitan (complication)
6.
klimaks
c.
Bagian akhir
7.
leraian (falling action)
8.
selesaian (denouement)[18]
Bagian Awal Alur
Jika cerita
diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa
cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan
jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian
dikatakan bahwa cerita itu dudun in
medias res.
Penyampaian
informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Jika urutan konologis kejadian yang disajikan
dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam
cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik
biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang
berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering
menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula
menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang
dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing),
yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.[19]
Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah
perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan.
Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan.
Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks.
Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.[20]
Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah
klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa
ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun
peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan
agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a.
faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa
cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau
terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b.
Faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat
secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c.
Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi,
secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor
tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.[21]
Selain itu ada
hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau
digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita
atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Macam Alur
Pada umumnya
orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang
dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan
urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian
peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.[22]
Pembagian
seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian
alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada
tiga macam alur, yaitu
a.
alur berdasarkan urutan waktu
b.
alur berdasarkan urutan sebab-akibat
c.
alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap
peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan
cerita tersebut masih dapat dipahami.
Dalam
hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami.
Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur
cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam
cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama
dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur
yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks
sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan
peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit [23].
14. Apa pengertian setting dalam cerita ?
Yang
dimaksud latar/setting adalah waktu, tempat, dan suasana yang terdapat dalam
cerita, misalnya :
v
zaman
penjajahan, masa resesi ekonomi, suatu malam, tahun 2000, dan lain-lain
(setting waktu)
v di rumah, di kebun, di medan perang, di
Indonesia, di stasiun, dan
lain-lain (setting tempat)
v
mengharukan,
sedih, mencekam, penuh kegembiraan, mengerikan,
dan sebagainya (setting suasana)[24]
15. Apa pengertian gaya dalam cerita ?
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:276)
adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang
mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan
16. Apa pengertian sudut pandang ?
Sudut
pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan
menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan
pembaca (Booth, dalam Nurgiyantoro, 2010:240).
Sudut
pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, dalam
Nurgiyantoro, 2010:248).
17. Jelaskan unsur ekstrinsik novel !
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik
adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks
karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah
mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat
ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya
sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan
duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat
dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia
nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami
berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut [25].
18. Jelaskan pengertian puisi secara etomologi dan terminology minimum
dari lima orang ahli !
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun,
pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair.
Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil
seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Menurut Vicil C. Coulter, kata poet
berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa
Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta
melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang
amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang
tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10)).
Ada beberapa pengertian lain.
a.
Menurut Kamus
Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
b.
Putu Arya
Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit,
samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna
konotatif.
c.
Ralph Waldo
Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak
mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
d.
William
Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang
spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi
atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
e.
Percy Byssche Shelly
(Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang
paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
f.
Watt-Dunton
(Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan
yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama.
g.
Lescelles
Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari
pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau
pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang
mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat [26]
.
19. Jelaskan tiga jenis puisi sebagai berikut ; 1) puisi tradisional.
2) puisi setengah bebes. Dan 3) puisi bebas
Puisi tradisional atau asy-syair al-multazim,adalah syair yang tidak
terikat oleh wajan dan qofiah. Penyair ketika membuat puisi ini, dia mengubah
syairnya dengan mengubah salah satu bahar yang ada didalam ilmu arodh, dan juga
dia mengubah qofiahnya untuk memperoleh syair yang begitu indah.
Kemudian puisi setengah bebas adalah syair yang tidak terikat oleh wajan
dan qofiuah, tapi terikat oleh satu irama.
Adapun yang dimaksud dengan puisi bebas ialah syair yang tidak terikat
sama sekali dengan aturan wajan, qafiah maupun tafilat, tetapi masih terikat
dengan satuan irama. Yang mana penyair hanya mengungkapkan perasaan dan
imajinasinya sehingga irama bersifat simbolik.[27]
20. Tema puisi arab pada masa jahiliyyah mencakup ; tema madh, ghazal,
hija, ratsa, I’tizar, washf, dan fakhr. Jelaskan pengertiannya.
Diantara tema-tema yang mendominasi dalam syi’r atau puisi
Arab pada masa jahiliyah, adalah sebagai berikut:
1.
Madh.
Penyair
menulis puisi bertujuan untuk menyanjung
seseorang karena akhlaknya yang baik atau dengan menyebutkan kerupawanan
seseorang.
2.
Ghazal.
Penyair
menulis puisi bertujuan untuk
menceritakan kekagumannya akan kecantikan dan keindahan perempuan.
3.
Hija.
Penyair
menulis puisi bertujuan untuk menceritakan sisi negatif seseorang beserta sukunya,
atau ejekan dari penyair suatu suku kepada penyair suku lainnya.
4.
Rotsa.
Penyair
menulis puisi bertujuan untuk mengungkapan kesedihan hatinya atas meninggalnya
seseorang, dan menceritakan kebaikan-kebaikannya.
5.
I’tidzar.
Penyair menulis puisi bertujuan untuk mengungkapkan permintaan maaf dirinya
kepada seseorang.
6.
Washf.
Penyair
menulis puisi bertujuan untuk menjelaskan keadaan sesuatu yang sesuai dengan
kenyataanya, supaya tersirat dalam benak pendengar seolah-olah ia melihat dan
merasakannya.
7.
Fakhr.
Penyair
menulis puisi bertujuan untuk menyanjung
keistimewaan yang ada pada dirinya dan kaumnya. [28]
21. Jelaskan struktur fisik puisi (enam unsur; (1)
perwajahan/tifografi, (2) diksi, (3) imaji, (4) kata konkrit, (5) bahasa
figurative, (6) verfikasi ) dan struktur bathin puisi (empat unsure; (1)
tema/sence, (2) rasa/ feeling, nada/ tone, dan amanat / intention) !
Struktur
fisik puisi adalah sebagai berikut:
1.
Perwajahan
(Tipografi)
adalah puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan selalu diakhiri dengan titik.
2.
Diksi
adalah
pemilihan kata yang dilakukan oleh seorang penyair dalam puisinya. Karena
pemilihan kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna.
3.
Imaji adalah susunan
kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan.
4.
Kata
kongkrit adalah
kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imajinasi.
5.
Bahasa
figurative, Soedjito
(1986:128) mengungkapkan bahwa bahasa figurative adalah bahasa yang dapat
menghidupkan dan meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
6.
Versifikasi
yaitu
yang menyangkut rima dan ritme. Rima yaitu persamaan bunyi diawal, tengah, atau
akhir pada baris puisi.
Struktur
batin puisi adalah sebagai berikut :
·
Tema/makna (sense).
·
Rasa (feeling), yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat
dalam puisinya.
·
Nada (Tone), adalah sikap penyair
terhadap pembacanya.
·
Amanat/tujuan (Itention), tujuan
tersebut dicari oleh penyair sebelum menciptakan
sebuah puisi.
22. Jelaskan struktur/unsure intrinsic puisi !
Unsur entrinsik
puisi adalah unsur yang membentuk puisi, puisi yang berasal dari puis tersebut.
Kemudian unsur entrinsik ini mencakup unsur agama, budaya, politik, ekonomi,
dan biografi penyair.
23. Berikan pengertian jenis – jenis drama
Jakob Sumardjo dan Saini K.M. menyebutkan
dalam bukunya apreasi kesustraan, drama adalah karya sastra yang mengungkapkan
cerita melalui dialog-dialog para tokohnya.[29]
Drama
dibagi menjadi dua bagian:
1.
Drama panjang, yaitu drama yang mengandung
cerita yang panjang yang biasanya
terdiri dari tiga atau lima babak,
karakter yang beragam, dan setting yang beragam
pula.
2.
Drama pendek, yaitu drama yang
hanya terdiri dari satu babak saja.
24. Jelaskan pengertian kritik sastra !
Istilah ”kritik” (sastra) berasal dari bahasa Yunani
yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein
”menghakimi”; kriterion yang berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos
berarti ”hakim kasustraan.[30]
Abrams dalam Pengkajian sastra (2005: 57)
mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan
perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra.
25. Jelaskan pendekatan kajian sastra strukturalisme tradisional,
strukturalisme genetic, dan strukturalisme Dinamis.
Abrams (1988:201) teori dan metode kritik strukturalisme mulai
populer pada decade 60-an.
Strukturalisme dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Otonom, yaitu strukturalisme yang menganalisis
struktur sastra pada mekanisme unsure intrinsiknya.
2. Genetic, yaitu strukturalisme yang menganalisis
struktur sastra bertolak dari asal terjadinya, penyesuaiannya dengan latar
belakang struktur masyarakat tertentu.
3. Dinamik, yaitu menganalisis struktur sastra dengan
mempertimbangkan dinamik perkembangan sastra secara menyeluruh, pergeseran
norma-norma serta dinamik interaksinya dengan kehidupan social. (Teeuw,
1983:59-72).
[2]
[2]
Pertampilan S. Brahmana,
“Sastra Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu”, Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra,
IV, 2, (Oktober, 2008), h. 119.
[3] Pertampilan S. Brahmana, “Sastra
Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu”, Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra, IV, 2 (Oktober, 2008), h. 117.
[4]
Jakob Sumardjo dan Saini
K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta:Gramedia, 1988), cet. Ke-2, h.1-2.
[5]
Rohanda WS. S.Ag. Pengantar Ilmu Sastra. 2010
[6]
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia,
1988), cet. Ke-2, h. 13.
[7]
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia,
1988), cet. Ke-2, h. 19
[9]
Muhammad Pujiono, “Analisis
Nilai-nilai Religius dalam Cerita Pendek Karya Miyazawa Kenzi”, Karya
Ilmiah Sarjana Sastra, (Medan: USU Repository, 2006), h. 5.
[10]
Mastiah. Dasar-dasar Teori dan Sejarah Sastra. April 2010
[11]
abdurrosyid in Hobiku Menulis. beda,
cerpen, novel, perbedaan, roman. 28 Juli, 2009
[13]
Burhan Nurdiyantoro, Teori
Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), cet.
Ke-8, h. 80-82.
[15]
Mastiah. Dasar-dasar Teori dan Sejarah Sastra. April 2010
[16] Dani aswara. Skripsi. Keunikan sastra di
indosesia. Desember 2006
[18]
Brahmana,
S. Pertampilan. (2 Oktober 2008) “Sastra Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu”. Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra. Halaman 117-118.
[19]
Hadiyanto,
Soegeng. Metodologi Keilmuan: Pengenalan Awal Sebuah Pemahaman Kamus
Umum Bahasa Indonesia. 1995.
[20]
Sudjiman,
Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
[21]
Burhan Nurdiyantoro, Teori
Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), cet.
Ke-8, h. 80-82.
[22]
Wikipedia.com
[23]
ferdinan de j saragih, menulis puisi dan cerpen. desember 1988.
[24]
Sumardjo, Jakob, dan Sauni K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.
[26]
Dani aswara. Skripsi. Keunikan sastra di indosesia. Desember 2006
[27] Akhmad muzaki, kesusastraan arab; pengantar teori dan
terapan, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2006), cet. Ke-1, h. 41
[28]
Pondok Pesantren Modern
Darussalam Gontor, Tarikh al-Adab al-Arobiy, Ponorogo: Darussalam,
2004), h.21-24
[29]
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia,
1988), cet. Ke-2, h. 31.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pertanyaan dan Jawawan tentang Ilmu sastra Bagian 2
Ditulis oleh Mustopa Almurtaqi Makarima
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://akumenuliskarenaalloh.blogspot.com/2013/04/pertanyaan-dan-jawawan-tentang-ilmu.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Mustopa Almurtaqi Makarima
Rating Blog 5 dari 5