Tentang Tarekat Dalam Ilmu tashawuf

Posted by Mustopa Almurtaqi Makarima 0 komentar
Bismilahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan makalah tentang “Sejarah Tarekat, Macam, dan Bentuk-bentuk Tarekat “ini.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita, nabi besar Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in tabi’atnya, dan semoga sampai pada kita selaku umatnya yang senantiasa mengamalkan ajarannya sampai akhir jaman.
Penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang ada untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun manusia tidak luput dari kekurangan yang dimilikinya, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman, waktu, serta pengetahuan. Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna, baik dalam hal penyajian mau pun pengetahuan bahasa. Oleh karena itu penulisakan menerima dengan terbuka dan senang hati atas segala saran dan kritikan yang menuju pada perbaikan.
Akhir kata penulishanya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta bagi penulis khususnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

  



BAB I
PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG

Untuk mendekatkan diri pada Tuhan, maka harus menempuh jalan ikhtiar, salah satu jalan ikhtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf, untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya, banyak di kalangan orang-orang awam yang kurang mengetahui tentang ilmu mengenal tuhan. Dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukkan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuatu dengan spesifikasinya yang diberikan seorang guru pada muridnya. Belajar dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun berdasarkan pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal adalah suatu keharusan bagi mereka. Sistem pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga sulit diketahui dengan pasti. Namun, Harun Nasution menyatakan bahwa setelah al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawuf berkembang di dunia Islam, tetapi perkembangan melalui tarekat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tarekat

Asal kata “tarekat” dalam bahasa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan  bagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq.
            Menurut L. Massignon, sebagaimana dikutip oleh Aboe Bakar Atjeh, thariqah sufi mempunyai dua pengertian. Pertama,  cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminat menempuh hidup sufi. Kedua, thariqah berarti suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani dalam segolongan orang Islam menurut ajaran dan keyakinan tertentu.
            Sementara menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi dalam tujuannya berada dekat mungkin dengan Allah. Tariqah kemudian mengandung arti organisasi ( tarekat). Tiap tariqat mempunyai syekh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri.

B.     Sejarah Timbulnya Tarekat

Dr. Kamil Musthafa Asy-Syibi berpendapat dalam tesisnya tentang gerakan tasawuf dan gerakan syiah mengungkapkan, tokoh yang pertama kali memperkenalkan sistem thariqah adalah Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani(w. 561 H/1166 M) di Baghdad. Ajaran thariqatnya menyebar kesemua penjuru Islam, yang mendapat sambutan luas di Aljazair, Ghinia, dan Jawa. Adapun di Mesir, tarekat yang banyak pengikutnya adalah Tarekat Rifa’iyyah yang dibangun Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i.
Organisasi serupa mulai timbul pada abad ke-12 M, tetapi belum menonjol dan baru Nampak perkembangannya pada abad-abad berikutnya. Disamping untuk pria, ada juga tarekat untuk wanita. Tetapi tidak berkembang dengan baik seperti tarekat untuk pria.
Teori lain sejarah kemunculan tarekat dikemukan oleh Jhon O. Voll. Ia menjelaskan bahwa penjelasan mistis terhadap Islam muncul sejak awal sejarah Islam, dan para sufi yang mengembangkan jalan-jalan spiritual personal mereka dengan melibatkan praktik-praktik ibadah, pembacaan kitab suci, dan kepustakaan tentang kesalehan. Para sufi ini kadang-kadang teribat konflik dengan ototritas-ototritas dalam komunitas Islam dan memberikan alternative terhadap orientasi yang lebih bersifat legalistik, yang disampaikan oleh kebanyakan ulama. Namun, para sufi secara bertahap menjadi figure-figur penting dalam kehidupan keagamaan di kalangggan penduduk awam dan mulai mengumpulkan kelompok-kelompok pengikut yang diidentifikasi dan diikat bersama oleh jalan tasawuf khusus (tarekat) sang guru. Menjelang abad ke-12 M (ke-5 H), jalan-jalan ini mulai menyediakan basis bagi kepengikutan yang lebih permanen, dan tarekat-tarekat sufi pun muncul sebagai organisasi sosial utama dalam komunitas Islam. [1]
C.    Aliran-Aliran Tarekat

Aliran-aliran tarekat dalam islam
1.        Tarekat Qadiriyah
Nama Qadariyah diambil dari nama pendirinya, Abd Al-Qadir Jailani, yang terkenal dengan sebutan al-awliya. Tarekat ini menempati posisi amat  penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagagai cabang tarekat di dunia Islam. Semasa hidupnya sang syekh telah memberikan pengaruh yang amat besar pada pemikiran dsan sikap umat Islam. Ia dipandang sebagi sosok ideal dalam keunggulan dan pencerahan spiritual.
Tarekat Firidiyah di Mesir yang dinisbatkan kepada Umar bin Al-Farid yang kemudian mengilhami tarekat Sanusiyah melalui tarekat Idrisiyah di Afrika Utara grup Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath yang kemudian dikenal dengan tarekat Al-Ghawthiyah atau al-Ma’rajiyah dan di Turki dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi.
Diantara praktik tarekat Qadariyah adalah dzikir (terutama melantunkan asma’ Allah berulang-ulang). Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas. Ada dzikir yang terdiri atas satu, dua, tiga dan empat. Dzikir dengan satu gerakan dilaksanakan dengan mengulang-ulang asma’ Allah melalui tarikan nafas panjang yang kuat, seakan dihela dari tempat yang tinggi, diikuti penekanan dari jantung dan tenggorokan, kemudian dihentikan dengan nafas kembali normal. Hal ini diulang secara konsisten untuk waktu yang sama. [2]
Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok, sampai ke pulau Jawa. Pengaruh tarekat ini cukup banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaanmanaqib pada acara-acara tertentu. Naskah asli manaqib ditulis dalam bahasa Arab. Berisi riwayat hidup dan pengalaman sufi Abdul Qadir al-Jaelani sebanyak empat puluh efisode. Manaqib ini dibaca dengan tujuan agar mendapatkan berkah dengan sebab keramatnya.  [3]

2.        Tarekat Syadziliyah
Pendirinya ialah Abu Al-Hasan Asy-Syadzili. Tarekat ini menyebar luas di sebagian besar Dunia Muslim. Ia diwakili di Afrika Utara terutama oleh cabang-cabang Fasiyah dan Darqawiyah serta berkembang pesat di Mesir, tempat 14 cabangnya dikenal secara resmi pada tahun 1985.
3.        Tarekat Naqsabandiyah
Didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi Al-Awisi al-Bukhari di Turkistan. Tarekat ini pertama kali bersiri di Asia Tengah, kemudian meluas ke Turki, uriah, Afghanistan, dan India. Dalam perkembangannya, tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut., seperti tarekat Khalidiyah, Muradiyah, Mujadidiyah,  dan Ahsaniyah.
Ciri menonjol tarekat Naqsabandiyah yaitu:
a.       Mengikuti syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap music dan tari, dan lebih menyukai dzikir dalam hati.
b.      Upaya yang serius dalam mempengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekati Negara dan agama.
4.        Tarekat Yasafiyah dan Khawajagawiyah
Didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi dan disusul oleh tarekat Khawajagawiyah  yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani. Kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami dan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi dan Yusuf bin Ayyub Al-Hamadani. Tarekat Yasafiyah  berkembang keberbagai daerah, antara lain ke Turki. Disana, tarekat ini berganti nama dengan tarekat Bektashiya yang diidentikan kepada pendirinya Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy. Tarekat ini sangat popular dan pernah memegang peranan penitng di Turki yang dikenal dengan Korp Jenissari yang diorganisir oleh Murad I pada masa Turki Usmani.
5.        Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini didirikan oleh Umar Al-Khalwati(1397 M) dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman. Di Mesir, tarekat ini didirikan oleh Ibrahim Gulsheini yang kemudian terbagi kepada beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Muhammad bin Abbn al-Karim As-Samani. Tarekat ini juga dikenal dengan nama tarekat Hafniyah. Tarekat ini muncul pertama kali di Turki didirikan oleh Amir Sultan. Paham tarekatnya bersumber dari Abu Al-Qasim Al-Junaidi yang melahirkan berbagai tarekat Suhrawardiyah  yang didirikan oleh Abu Hafs As-Suhrawardi(632 H), tarekat kubrawiyah yang didirikan oleh Najdmudin Kubra (618H), dan tarekat maulawiyah yang didirikan oleh Jalaluddin Ar- rumi(1207-1273 M).
6.      Tarekat syatariyah
Tarekat ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar(w.1485) dari India. Tarekat ini dikembangkan pertama kali di Indonesia oleh Abdurrauf Singkel di Aceh yang kemudian menyebar ke Jawa Barat oleh Abdul Muhyi, dia adalah seorang muridnya. Tarekat ini tidak mementingkan syariat termasuk kewajiban salat lima waktu, tetapi mementingkan shalat permanen()shalat da’im). Adapun dasar tarekat ini adalah martabat tujuh yang sebenarnya tidak begitu erat hubungannya dengan praktik ritualnya.[4]
7.      Tarekat rifa’iyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali rifa’i(1106-1182). Tarekat ini paling signifikan berada di Turki, Eropa Tenggara, Mesir, Palestina, Suriah, dan Irak. Sebelumnya sebagian kaum Rifa’iyah terkenal karena mengikuti praktik upacara seperti menusuk kulit dengan pedang dan makan kaca.
8.      Tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah
Tarekat ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadariyah dan Naqsabandiyah. Hanya saja, menurut Martin van Bruinessen, gabungan dari dua tarekat ini menjadi terkat baru dan berdiri sendiri, bukan merupakan penggabungan dari dua tarekat berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan mengajar di Mekah pada pertengahan abad ke- 19. Tarekat ini merupakan yang paling berpengaruh dan tersebar secara luas di Jawa saat ini.
Masih banyak lagi tarikat- tarikat yang menyebar luas di berbagai daerah, seperti Tarekat Sammaniyah dengan pendirinya Muhammad bin Abd Al- Karim Al- Madani Asy- Syafii As-Samman(1130-1189), Tarekat Tijaniyah dengan pendirinya , Tarekat Chistiyah, Tarekat Mawlawiyah, Tarekat Ni’matullah, Tarekat sanusiyah.\

D.    Pengaruh Tarekat Di Dunia Islam

Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian kepada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti politik. Umpanya tarekat Tijaniyah yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan perancis. Di Afrika Utara, Sanusiyah menentang orang-orang Salib yang datang ke Mesir. Jadi, sungguh pun mereka memusatkan perhatian kepada akhirat.
Tarekat mempengaruhi dunia Islam mulai dari abad ke-13. Kedudukan tarekat pada saat itu sama dengan PARPOL (Partai Politik). Bahkan, banyak tentara juga menjadi anggota tarekat. Penyokong tarekat Bektashi, umpamanya, adalah tentara Turki. Oleh karena itu, waktu tarekat itu dibubarkan oleh Sultan Mahmud II. Tentara Turki yang disebut Jenissari menentangnya. Jadi, tarekat itu hanya bergerak dalam persoalan dunia yang mereka pikirkan.
Akan tetapi, pada saat-saat itu telah terjadi “penyelewengan” di dalam tarekat-tarekat, antara lain penyelewengan yang terjadi dalam paham wasilah, yakni paham yang menjelaskan bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamatkan langsung kepada Allah, tetapi harus melalui guru, guru ke gurunya, terus demikian sampai kepada Syaikh, baru dapat bertemu dengan Allah atau berhubungan dengan Allah.
Para pembaharu dalam dunia Islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat Islam. Bahkan, Schimmel menyatakan bahwa tarekat-tarekat sufi yang muncul dari kebutuhan merohanikan Islam ternyata menjadi unsur yang menyebabkan kemandengan orang-orang Islam.
Oleh karena itu, pada abad ke-19 mulailah timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat dan juga terhadap tasawuf. Banyak orang menentang dan meninggalkan tarekat/tasawuf.
Akan tetapi, pada akhir-akhir ini perhatian kepada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materialism. Orang-orang barat melihat bahwa materialism itu memerlukan sesuatu yang bersifat rohani, yang bersifat immateri sehingga banyak orang yang kembali memperhatikan tasawuf.



BAB III
KESIMPULAN

Asal kata “tarekat” dalam bahasa Arab ialah “thariqah” yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan  bagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Tariqah mengandung arti organisasi (tarekat), maknanya yang asli yang merupakan paduan yang khas dari doktrin, metode, dan ritual. Istilah inipun sering dipakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut jalan tertentu. Tarekat meliputi segala aspek ajaran yang ada dalam agama Islam, seperti Shalat, Puasa, Zakat, Haji dan sebagainya.
                                                                                   

DAFTAR PUSTAKA


M. Solihin.2008. Ilmu Tasawuf. Pustaka Setia Bandung : Bandung.
Nata, Abuddin.2011.  Akhlak Tasawuf, Rajawali Press: Jakarta.
Sopa. 1996. tarekat di Indonesia, makalah di Pascasajana IAIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. 1996.




[1][1] M. Solihin, Ilmu Tasawuf, ( Pustaka Setia Bandung : Bandung), 2008, hal 203-205.
[2] Ibid., hal 211.
[3] Abuddin Nata,  Akhlak Tasawuf,  ( Rajawali Press: Jakarta), 2011, hal 273.
[4] Sopa, tarekat di Indonesia, makalah di Pascasajana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,1996,hlm.10
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Tentang Tarekat Dalam Ilmu tashawuf
Ditulis oleh Mustopa Almurtaqi Makarima
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://akumenuliskarenaalloh.blogspot.com/2013/05/tentang-tarekat-dalam-ilmu-tashawuf.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Aku Menulis Karena Alloh.